IzaemMoby.blogspot.com

Kumpulan cerpen dewasa terbaru | cerita dewasa (Rumahku, Surga dan Nerakaku) Part 2

Friday, December 20, 2013 1 comments



...bekerja sebagai tukang kebun di rumahku, usianya 50 tahun, rambutnya sudah setengah beruban dan bertubuh tinggi, sisa-sisa keperkasaannya ketika muda masih terlihat dari otot-otot lengannya yang padat, beliau merupakan pria yang paling tua di rumah ini dan sudah saya anggap sebagai orang tua saya sendiri, orangnya sangat kalem dan perhatian sekali terhadap keluarga kami; yang kedua Pak Joko usianya 38 tahun sebagai sopir pribadiku dan salah satu orang kepercayaan suamiku, berkumis tipis dan bibir tebal, orangnya sangat tegas tapi satu yang paling aku tidak suka yaitu matanya yang selalu jelalatan bila memandangi tubuhku; yang ketiga Pak Doni usianya 33 tahun, bekerja sebagai satpam di rumahku, orangnya humoris, sering sekali aku di buat ketawa olehnya, pas sekali dengan tampangnya yang mirip pelawak Komeng tapi dengan rambut dibuat cepak. Sedangkan yang ngekost di rumahku ada 4 orang yaitu Mas Indra dan Mas Agus bekerja di salah satu perusahaan swasta, Adi, seorang mahasiswa yang sedang kuliah di salah satu universitas, dan yang terakhir Ari masih duduk di bangku SMA kelas 2. Di rumah yang besar ini aku tidak memiliki pembantu wanita satupun, walaupun suamiku pernah menyarankan agar aku menyewa pembantu, tapi aku menolaknya dengan alasan apa yang akan aku kerjakan di rumah yang besar ini kalau semuanya dikerjakan sama pembantu, awalnya suamiku agak khawatir aku jatuh sakit akibat terlalu lelah bekerja, tapi akhirnya aku memberikan alasan yang membuatnya sedikit lega. Dan hingga kini memang semua pekerjaan di rumah aku kerjakan sendiri.

“Bener-bener hari yang melelahkan banget hari ini!“ gerutuku dalam hati sambil menjemur satu persatu pakaianku di tempat jemuran yang berada di bagian belakang, di depan kamar pembantu dan anak-anak kost. Bagaimana tidak capek seharian aku membersihkan rumah, belum lagi mencuci pakaian yang sudah menumpuk

“Wah, ibu jam segini baru selesai nyuci ya?“ sapa mas Indra sambil melepas sepatunya, tampaknya ia baru pulang dari kerja,

“iya nih mas, pakaianku dah numpuk banget soalnya“ kataku sambil menunduk untuk mengambil cucian dari baskom, saat aku menunduk, terlihat kedua bola mata mas Indra tertuju ke belahan dadaku yang kebetulan saat itu aku menggunakan baju kaos longgar dan celana pendek,

“Tumben mas pulang cepet, kan biasanya ampe malam,” aku sedikit risih saat bola mata itu mengikuti gerakan tubuhku, tapi aku tetap pura-pura tidak menyadarinya,

“iya nih bu, abis dah kangen pengen liat Ibu” katanya sambil cengengesan, aku tersenyum saja mendengar perkataannya, karena aku menganggap itu hanya sebagai gurauan saja, “gak kok bu, hari ini emang ga ada lembur, ya…. Jadi cepet deh pulangnya“ lanjutnya.

Lagi-lagi mata itu tertuju ke bagian dadaku ketika aku menunduk untuk mengambil celana dalam ku yang berwarna biru langit. Cukup lama aku menunduk, aku sangat yakin kalau mata itu sangat menikmati pemandangan indah ini. Rasa risih itu kini berganti senang karena berhasil mengerjai Mas Indra.


Kejadian tadi siang masih terus membayangi otakku, entah kenapa setiap mengingat kejadian tersebut vaginaku terasa basah dan gatal sekali. Aku duduk santai di teras rumah sambil memandangi langit yang mulai gelap, sedangkan Pak Budi sibuk dengan tanaman di pekarangan, begitu juga Pak Doni yang lagi sibuk menutup pagar rumah. Dengan santai aku melangkah mendekati Pak Budi yang sedang menyiram tanaman.

“Sore Pak “ sapaku sambil tersenyum, kata suamiku senyumku bener-bener menggoda,

Saat ini aku menggunakan baju kaos biasa dan rok selutut berwarna merah sepadu dengan celana dalam ku dan BH ku. Aku duduk di samping Pak Joko yang lagi asyik menyiram bunga,

“Sore Non, eh Non kok duduk di situ?” tanyanya saat menyadari aku duduk di sampinya, “ntar roknya kotor loh Non”

“ah ga papa Pak, kalau kotor kan bisa dicuci, ya ga” Pak Budi terseyum dan duduk di sampingku

Perasaanku terasa damai saat melihat bunga-bunga yang ada didepan ku dan lagi-lagi aku teringat dengan suamiku, karena suamiku lah yang paling senang dengan bunga-bunga ini.

“Kenapa Non? kok diam?” tegur Pak Budi, sambil duduk di sampingku, aku tersyum, “ Non merasa kesepian ya? “ aku mengangguk pelan,

“sudahlah Non, jangan terlalu dipikirkan, kan masih ada Bapak?” katanya yang terus berusaha menghiburku, perlahan kusandarkan kepalaku ke dadanya, dengan lembut jari-jari Pak joko mengelus rambutku dengan lembut,

“Ternyata bunga- bunga ini lebih beruntung di banding Non” tiba-tiba Pak Budi mendekati kami sambil teseyum dengan khasnya,

“Ma….maksud bapak apa?“ kataku dengan nada yang tinggi,

“coba Non lihat, bunga ini setiap harinya selalu di siram, malahaaaan…. Dua kali sehari, sedangkan Non?“ kata-katanya mulai lancang.

Aku berusaha bangkit, dan rasanya ingin sekali aku menampar mukanya, tapi itu tidak mungkin karena tangan pak Budi menahan pundakku dengan kuat sehingga aku tak dapat bergerak, dengan santainya Pak Joko duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan marah, berani sekali mereka berbuat begitu, mentang-mentang suamiku sedang tidak ada.



Tiba-tiba aku sangat kaget karena merasa ada sesuatu yang sangat hangat menjalar ke pahaku,

“kasian sama memek Non, sudah lama sekali tidak pernah disiram” jari-jarinya terus menjelajahi pahaku yang mulus, aku tidak dapat berbuat apa-apa cuman bisa menutup kakiku rapat-rapat..

“Heh…jangan kurang ajar ya!“ kataku dengan geram, “Pak apa-apaan ini, lepaskan aku!” kataku meronta dan memohon ke pada Pak Budi, tapi permohonanku percuma, karena dengan sigap ia malahan membuka pahaku agar Pak Joko bisa leluasa memandangi dan mengerjai vaginaku yang masih terbungkus celana dalam berwarna merah,

“Non ga boleh marah-...

Share this article :
 
Support : izaem | Creating Website | izaem moby | izaem | More bloger
Copyright © 2011. izaemMoby - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by IzaemMoby
Proudly powered by Blogger